Rabu, 24 September 2014

Problematika Dakwah Kampus Saat Ini


‎oleh : abdul hajad

“Luaskan bentangan cakrawala kepahamanmu. Bergerak dalam dinamika dakwah adalah pergerakan yang berlandaskan kepahaman, berlandaskan hujah, berlandaskan ilmu dan pengetahuan. Tak ada keberhasilan dakwah, jika tidak diawali ilmu dan kepahaman. Tidak akan ada keteguhan di jalan dakwah, jika tidak memiliki cakrawala pengetahuan yang memadai..”(Cahyadi Takariawan)

Berbicara dakwah kampus maka saya akan mencoba mendefinisikan kampus berdasarkan pengetahuan saya.Kampus adalah tempat dimana generasi muda yang disebut mahasiswa menimba ilmu, wawasan,pendewasaan dan sarana bersosialisasi dalam interaksi sosial dengan sekelompok orang yang berbeda-beda watak, karakter dan latar belakang. Kampus adalah sarana yang memfasilitasi pengembangan potensi generasi muda dalam mencari dan memperdalam bidang keilmuannya sesuai dengan jurusannya masing-masing.



Kampus adalah tempat dimana kaum intelektual bergelut dengan buku dan pelajaran kuliah yang seyoganya mendidik mereka menjadi individu-individu yang berlebel great personal. Sehingga setelah mereka keluar dari kampus mereka mampu berkontribusi dalam perbaikan dan melakukan transformasi sosial bagi bangsa dan negara.Kampus adalah miniatur sebuah negara dalam eskalasi kecil, dimana hampir seluruh lingkungan kampus terdapat organisasi-organisasi mahasiswa yang dalam kelembagaan kampus statusnya formal.


Dakwah masa kini begitu terlihat bebas dan terexpose luas dilingkungan kita baik dikampus-kampus ataupun tempat-tempat lain. Semua sangat berbanding terbalik, tidak seperti dulu era rezim presiden soeharto ketika dakwah begitu penuh intimidasi dan tekanan. Dengan kebebasan saat ini dakwah bisa berkembang dimana saja baik dilingkungan kampus ataupun tempat lainnya. Kebangkitan dan tegaknya islam yang dinanti-nanti umat muslim hanyalah tinggal menunggu waktu.
Akan tetapi ada yang hilang dari segi militansi dan idealisme perjuangannya, semua seakan terlupakan dan terabaikan dimakan waktu dan modernisasi zaman.


Budaya permisif dikalangan para pendakwah dan harokah dakwah sudah mulai sangat terlihat jelas dalam realitas saat ini. Militansi dan idealisme perjuangan yang telah menorehkan tinta emas dan kinerja-kinerja yang monumental ketika para generasi pendahulu aplikasikan kini hanyalah menjadi sebuah catatan manis sejarah yang terlupakan.
Disini saya akan mencoba menggali problematika dakwah kampus melihat kondisi dan realitas saat ini. Dakwah kampus memang masih menjadi ujung tombak dalam melahirkan para aktivis-aktivis dakwah yang matang dari segi manhaj dan harokah. Dimana nantinya mereka diharapkan dari dunia dakwah pasca kampus bisa berkontribusi dan melakukan transformasi sosial dimasyarakat demi perbaikan bangsa dan negara dengan ide-ide dan konsep-konsep brilian yang penuh dengan nilai-nilai islam baik dari segi moral dan intelektual.
Hanya saja belakangan ini banyak terjadi krisis multidimensi dalam aktulisasi, dimana banyak sekali para aktivis abangan ( hanya ikut-ikutan ) yang mencoba ikut dan berkecimpung dalam aktivitas dakwah dan mendukung secara fanatik terhadap dakwah tanpa memahami manhaj dan esensi dari tujuan dakwah itu sendiri. Kebodohan dan kekeringan nilai-nilai idealisme perjuagan juga harokah menjangkiti hampir keseluruh aktivis dakwah kampus saat ini.
Mereka bergerak tanpa hujjah yang jelas, tidak faham manhaj, kering tsaqofah islamiyah, sempit dalam cakrawala pemikiran keislaman sehingga dakwah menjadi begitu hambar dan monoton. Dakwah saat ini tidak mendapat dukungan secara baik akan tetapi permusuhan dan cacian disebabkan para aktivisdakwah yang kurang faham dalam pemahaman pergerakan dakwah. Budaya malas belajar dan lebih asyik dalam hal-hal yang tidak berguna seakan menjadi keseharian para aktivis dakwah kampus.
Mereka lebih suka berlama-lama berdiskusi tentang masalah percintaan (virus merah jambu) ataupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan dakwah dari pada harus membaca buku dan berdiskusi yang bisa menambah wawasan khazanah keislaman mereka. Sikap apatispun muncul diantara para aktivis dakwah, mereka seakan acuh terhadap lingkungan dan kondisi sekitar mereka. mereka tidak lagi cekatan dan sensitif mengenai isu-isu yang berkembang dikampus.
Dari segi analisa saya ada dua hal yang menjadi masalah substansial terkait problematika dakwah kampus saat ini, yaitu masalah kefahaman dan keteladanan pada ruh para aktivisnya ditubuh lembaga dakwah kampus.  Sehingga menyebabkan akhir-akhir ini banyak tuduhan-tuduhan miring yang menghambat kinerja dakwah kampus  dari segi tujuan dan harapan demi terciptanya islamisasi kampus menuju kampus madani.


1. Kefahaman
Dalam 10 rukun baiat syahid hasan albanna menempatkan al fahmu (pemahaman) dalam hirarki pertama. Itu semua dikarenakan pemahaman menjadi hal foundamental bagi para pelaku dakwah dalam menjalankanaktivitasnya. Pemahaman adalah sumber pergerakan dan militansi juga kuatnya idealisme. Pemahaman disini bisa dikaitkan dengan pemahaman manhaj, harokah, tsaqofah dan esensi perjuangan sesungguhnya. Ketika pemahaman tidak ada pada aktivis maka akan timbul keraguan dan kerancuan dalam tubuh sebuah lembaga dakwah kampus.
Mereka tidak memahami konsep dan instrument baik grand design metode pergerakan dan ranah perjuanagn seperti apa. Mereka hanya menjadi simpatisan ataupun supporter yang hanya fanatic mendukung tanpa faham tujuan sebenarnya. Begitu banyak para aktivis dakwah kampus yang tidak faham manhaj. Kaerna mereka memang rata-rata hasil rekruta kampus tanpa terfollow up dalam pembinaan yang baik.
Mereka bekerja tanpa prinsip, mereka berjalan tanpa peta dan bergerak tanpa arah. Masih banyak para aktivis dakwah kampus yang belum mengerti kaidah dan filosofi perjuangan, itu semua yang menyebabkan adanya ketimpangan antara dakwah siyasi (politik kampus) dan dakwah tarbawi (syiar islam) yang seharusnya saling bersinergisasi satu sama lain. Banyak aktivis dakwah yang mengkotak-kotakan dan memisahkan antara dakwah siyasi dan tarbawi.
Padahal jelas-jelas islam adalah agama yang komprehensif dan universal dalam semua aspek kehidupan ada dalam perkataan syahid hasan al banna ”kami meyakini bahwa hukum dan ajaran islam itu menyeluruh, ia mengatur seluruh urusan manusia didunia dan akhirat. Dan bahwa orang-orang yang menduga bahwa ajaran ini hanya menyentuh aspek ibadah ritual atau ruhani tanpa memperhatikan aspek-aspek yang lain adalah salah. Sebab islam adalah aqidah dan ibadah, tanah air dan kewarganegaraan, agama dan negara, spiritualisme dan amal, serta mushaf dan pedang”. ( majmu’atur rasail risalah dakwah jilid 1)
Karena ketidak fahaman itu yang membuat budaya-budaya permisif dan sikap apatis tumbuh menjamur dalam tubuh lembaga dakwah kampus. Kerig ukhuwah islamiyah dan melempemnya semanagt militansi pergerakan. Sikap fanatikpun timbul tanpa memahami hakekat sesungguhnya, merasa paling benar, dan bangga terhadap organsiasi dakwahnya. Ketidak fahaman juga yang menyebabkan banyaknya perpecahan ditubuh lembaga dakwah kampus, saling menjatuhkan dan meninggalkan amanah karena masalah-masalah internal organsiasi.
Padahal jika mereka merenungi kata-kata sang pejuang dakwah yang sangat monumental syahid hasan al banna “Berjuanglah untuk kebaikan dan kebenaran, sepahit dan sesulit apapun. Bersatulah dalam jama’ah, sebenci dan sekecewa apapun, karena berjama’ah lebih baik daripada sendirian. Bangkitlah ketika jatuh dan jangan menyerah. Peganglah prinsip kita selama itu benar. Bertaushiahlah setiap saat, agar saudaramu merasa memiliki dan dimiliki. Jangan tinggalkan yang dibelakangmu, tunggu dgn kesabaran dan keikhlasan” tentu itu semua tidak akan terjadi.


2. Keteladanan
Permsalahan yang substansial terkait kondisi dakwah kampus saat ini adalah masalah keteladanan. Para aktivis dakwah saat ini telah banyak meninggalkan prinsip-prinsip luhur para generasi awalaun yang luhur dan penuh hikmah. Mereka mulai meninggalkan kisah-kisan fenomenal para ulama-ulama dan pejuang islam terdahulu baik sikap dan perilaku. Aktivis dakwah yang seharusnya jadi teladan malah dibenci dan dicaci banyak pihak dikarenakan sikap fanatik kebablasan dan main hantam dalam segala hal tanpa memiliki kefahaman yang matang dan pertimbangan-pertimbangan ilmu syar’i.
Keteladan yang seharusnya menjadi brand (modal) utama dalam dakwah sebaliknya menjadi hal yang merusak kinerja dakwah dikarena para aktivis dakwah kampus tidak mampu mengaplikasikannya baik dari segi pergaulan, perilaku, moral dan sikap terhadap orang lain. Saat ini yang terlihat hanyalah eksistensi, kuantitas dan identitas bukan kwalitas tanpa nilai-nilai luhur yang mampu menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
Krisis keteladan sangat terlihat dalam keseharian para aktivis dakwah kampus.Mereka lebih suka berlama-lama mengobrol tentnag hal yang tidajk berguna dari pada harus mengkaji dan menanalisa kondisi umat. Kemalasan membaca dan mempelajari manhaj, berbaur dengan lawan jenis yang bukan muhrim, bersalaman dengan lawan jenis dan interaksi dengan lawan jenis sesama aktivis (ikhwan dan akhwat) yang sudah keluar dari koridor-koridor syar’i. Sebab krisis keteladan inilah yang menimbulkan adanya krisis kepemimpinan, dimana aktivis dakwah yang seharusnya jadi bahan panutan sebaliknya malah jadi bahan cemoohan.
Justifikasi dan krisis kepercayaan timbul pada lembaga dakwah kampus selaku organisasi dakwah dikampus yang seharusnya menjadi sarana untuk memfasilitasi mahasiswa dalam menuntut ilmu agama dikarenakan ulah para aktivisnya. Ingatlah kata-kata sayyid quthb dalam dirasah Islamiyah; bab bagaimana kita menyeru manusia kepada islam kita tidak mungkin menyeru manusia kepada sesuatu kalau kehidupan pribadi kita tidak merupakan terjemahan hidup darinya. Da’wah tidak akan ada nilainya, jika para da’inya sendiri tidak menjadi bukti yang mendukung da’wah itu ”.
Semoga sedikit tulisan ini mampu memberikan pencerahan dan informasi yang baik buat kita semua selaku para pelaku dakwah kampus. Idealisme perjuangan harus selalu kita tancapkan dalam hati dan jiwa ini sebagai perisai juga tombak yang akan selalu menjadi senjata dalam menjalani aktivitas dakwah saat ini yang begitu penuh halangan dan tantangan. Karena idealismelah yang membedakan antara pejuang dan pecundang, banjingan dan pahlawan, juga para penghianat dan orang yang amanah.
Idealismelah yang menentukan hasil perjuangan, tanpa idealisme semua perjuangan yang kita lakukan hanyalah akan sia –sia dan hambar karena mudah terbuai dengan hal-hal duniawi, sikap oportunis dan pragmatis dalam tubuh aktivis dakwah. Tetap semangat dan terus berjuang sahabat sesungguhya pertolonganAllah SWT amatlah dekat. Salam progresif perjuangan!, Allahu Akbar.

sumber : "dakwah adalah solusi"

0 komentar:

Posting Komentar

 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog. Copyrights 2011.