Hari kedua KBM TA 2013/2014 aku dikagetkan oleh sebuah kisah yang
cukup mengusik dunia pendidikan Indonesia. Sebuah kisah yang hampir
setiap tahun selalu menodai dunia pendidikan di negeri yang sedang
berkembang ini. aku yakin kisah ini bukan pertamakalinya kita dengar,
kisah ini bukan hanya terjadi sekali dua kali dalam dunia pendidikan,
kisah yang memaksaku mempertanyakan dimana sebenarnya sportifitas dan
keadilan di letakkan? Kisah yang memaksaku menggelengkan kepala.
Pagi tadi orang yang telah melahirkan dan membesarkanku –baca : Ibu–
memberiku mandat *tsah~ untuk menjemput anak tetangga yang baru saja
memasuki tahun kedua sekolah dasar. Singkat kata singkat cerita tanpa
babibuba si anak itu sudah naik diatas motor, -duduk dibelakang
pastinya– dan entah aku lupa –atau memang aku yang tak mau mengingat–
pembicaraan kami menjadi seperti ini :
A : dulu di *tiiittt* –sebuah sekolah swasta yang bertaraf international *serius* – TK ya dek? Kenapa kok nggak SD di sana lagi?
F
: enggak ahh aku nggak suka, bahasa inggris wong disana kalo ngomong
setiap hari pake bahasai inggris, pelajaran make bahasainggris.
A :
*glek* *Tuhan,akumaubangetini* lha kenapa? Kan enak? Berarti dek F
pinter bahasa inggris ya? kan dulu TK nya ngomong bhs inggris tiap hari
F
: aku nggak suka bahasa inggris, opo bahasa inggris angele ra men –apa
bahasa inggris sulitnya minta ampun– . ya endak, kadang kadang make
bahasainggris tapi kalo nggak bisa ya make bahasa Indonesia.
A :
hahahhahahaha sama ibu emang disuruh di SD tettt tah ? –sebuah SD
dengan segudang prestasi nasional di bagian selatan jember–
F :
endak endak kan dulu aku di tanya mau SD mana dek sama ibu, aku bilang
aku mau di SD teeettt . trus aku tes, trus trus aku ndak keterima ,
yaudah aku daftar di SD Tuuuttttt –SD yang biasa biasa aja– aku keterima
disana, tapi aku bilang gini ke ibu buk ya apa ini aku nggak mau
sekolah di SD tuutt, aku maunya di SD teeett ya apa ini buk yak apa
A : trus ?
F
: trus ibu nelpon bu N, bilang gini ya apaa buu F maunya di SD teettt,
dia ndak keterima blablabla.. akhirnya bu N nelpon kepala sekolahnya ,
udah gitu aku diterima di SD tettt padahal aku sudah diterima di SD
tuuutt lho tapi aku nggak mau , aku maunya di SD tettttt ..
A : #GLEEKKKK !!
F : blablablablablabalabalblaalbaa
Tsah~ aku yakin kisah itu uang yang bertindak HAHAHAHHAHA!! Orang tua
si F ibunya Dosen di salah satu Kampus kece di kotaku, bapaknya? Bolak
balik luar negeri, maklum beliau ahli Geologi di perusahaan asing yang
bergerak di bidang pertambangan emas di Indonesia bagian Barat :p
–gausah di perjelas– yah jadi wajar lahhh. Semua bisa mereka beli dengan
uang. Tapi ada satu yang tak bisa mereka beli dengan uang : SYURGA !!
Kembali ke kisah tadi, ada juga kisah yang sama, masih tetanggaku.
Ayahnya pegawai pemda di kotaku, ibunya? Ibu rumah tangga biasa.
Rumahnya? Tak perlu ditanya~ terlalu mewah untuk ukuran ‘kami’ . 2 tahun
yang lalu anak keduanya mendaftar kuliah di salah satu fakultas
kedokteran di universitas ternama di kota ku. Singkat cerita setelah
berkali kali mencoba dia gagal, dengan tekad bulat yang kuat*uhuk* dia
memaksa untuk tetap kuliah di fakultas kedokteran, lewat jalur apa? Yang
jelas bukan jalur mandiri, tulis, apalagi undangan. Yang tak habis ku
pikir, FK di kampus itu jalur reguler saja –sebelum UKT– puluhan juta
bahkan ada yang ratusan juta. Nah ini? jalur ‘gelap’ ? berapa ‘jutjut’
ya? hahahah
*tariknafas* inilah
potret pendidikan bangsaku, siapa yang ber’uang’ dia yang berjaya. Saat
ratusan anak di pedalaman sumateran, pedalaman sulawesi, papua bahkan di
pedalaman JAWA sekalipun –ingat kisah tasripin? – tak sekolah di
karenakan tak ada biaya, di kota” besar banyak orang tua yang rela
merogoh kocek sangat dalam agar anaknya di terima di sekolah impian.
Inikah Indonesiaku ? seperti inikah pendidikan di bangsaku?
Belum lagi pungli pungli yang dilakukan oleh sekolah” dengan kedok “SBI”
. wajar saja wajaarrr sekali jika ratusan anak bangsa yang tinggal di
pedalaman tak bisa menikmati indahnya ‘bangku’ sekolah karena Mahalnya
biaya sekolah. Wajib belajar 12 tahun? Bagaimana kami bisa menggugurkan
kewajiban jika biaya masuk SMA/SMK negeri saja 4juta~ –FAKTA– sebenarnya
wajib belajar 12 tahun ini untuk mereka yang beruang saja ? atau
seluruh rakyat Indonesia?
Bagaimana negeri ini akan maju?
Jika mereka yang terpelajar sudah belajar korupsi sejak dini? Bagaimana
negeri ini akan maju jika mereka yang ingin belajar di hantui rasa
takut akan ‘biaya’ ? bagaimana negeri ini akan maju jika sekolah” dengan
kualitas di atas rata” dengan bangunan megah menjulang membutuhkan dana
yang selangit untuk mendapatkan satu kursinya ? dan bagaimana negeri
ini akan maju jika para pelajarnya belajar hanya karna faktor gengsi?
Inikah Indonesiaku ?
Tappiiiiii aku yakin, tak semua
orang seperti 2 kisah tadi. Aku yakin di negeri ini masih banyak manusia
manusia mulia yang menjunjung tinggi sportifitas dan kejujuran aku
yakinnn Indonesia akan berada di tangan mereka kelak !!
Jember, 16 July 2013 14.21
Sabtu, 21 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar